
Sebuah posting kecil setelah terbangun dari tidur di pagi buta Senin, 17 Agustus 2009. Setelah ngintip Facebook, tiba-tiba ingin ngedit blog.
Berbagi cerita kemerdekaan untuk: Pribadi, Istri, Anak, Saudara, Anak didik, Teman, dan Pengunjung blog ini:
Kalau dulu ada banyak Pahlawan yang sudah kita kenal, lewat buku sejarah. Kira-kira ada nggak ya… pahlawan pada masa sekarang ini. Berikut pak Imam ulas sedikit biografi dari seseorang yang sampai sekarang masih hidup dan tetap aktif mempertahankan prinsipnya.
CIPUTRA
Siapa yang tidak mengenal Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta (Taman Impian Dunia: Dunia Fantasi (DuFan), Dunia Dongeng, Dunia Sejarah, Dunia Petualangan, dan Dunia Harapan).
Itu cuman salah satu dari sekian banyak karya Ciputra (bergerak di dunia Real Estate) yang dipersembahkan bagi Indonesia.
Ciputra, lahir di Sulawesi Utara pada tanggal 24 Agustus 1931 (usia sekarang hampir 80 tahun) adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ciputra menghabiskan masa kecil hingga remajanya di sebuah desa terpencil di pojokan Sulawesi Utara. Begitu jauhnya sehingga desa itu sudah nyaris berada di Sulawesi Tengah. Jauh dari Manado, jauh pula dari Palu. Sejak kecil Ciputra sudah merasakan kesulitan dan kepahitan hidup. Terutama saat bapaknya ditangkap penjajah dan tidak pernah kembali lagi.
Masa kanak Ciputra sendiri cukup sengsara. Lahir dengan nama Tjie Tjin Hoan, ia anak bungsu dari tiga bersaudara. Dari usia enam sampai delapan tahun, Ci diasuh oleh tante-tantenya yang ”bengis”. Ia selalu kebagian pekerjaan yang berat atau menjijikkan, misalnya membersihkan tempat ludah. Tetapi, tiba menikmati es gundul (hancuran es diberi sirop), tante-tantenyalah yang lebih dahulu mengecap rasa manisnya. Belakangan, ia menilainya sebagai hikmah tersembunyi. ”Justru karena asuhan yang keras itu, jiwa dan pribadi saya seperti digembleng,” kata Ciputra.
Pada usia 12 tahun, Ciputra menjadi yatim. Oleh tentara pendudukan Jepang, ayahnya, Tjie Siem Poe, dituduh anti-Jepang, ditangkap, dan meninggal dalam penjara. ”Lambaian tangan Ayah masih terbayang di pelupuk mata, dan jerit Ibu tetap terngiang di telinga,” tuturnya sendu. Sejak itu, ibunyalah yang mengasuhnya penuh kasih. Sejak itu pula Ci harus bangun pagi- pagi untuk mengurus sapi piaraan, sebelum berangkat ke sekolah — dengan berjalan kaki sejauh 7 km. Mereka hidup dari penjualan kue ibunya.
Atas jerih payah ibunyalah, ketika tamat SMA, kira-kira saat dia berusia 17 tahun, dia meninggalkan desanya menuju Jawa, (lambang kemajuan saat itu dan mungkin sampai sekarang). Dia ingin memasuki perguruan tinggi di Jawa. Ciputra berhasil masuk ke ITB (Institut Teknologi Bandung) dan memilih Jurusan Arsitektur.. Keputusan Ciputra untuk merantau ke Jawa tersebut merupakan salah satu momentum terpenting dalam hidupnya yang pada akhirnya menjadikan Ciputra orang sukses. Keputusan Ciputra untuk merantau ketika tamat SMA merupakan keputusan yang tepat, karena pada usia tersebut muncul adanya keinginan untuk bebas yang disertai rasa tanggung jawab pada diri individu. Ciputra adalah perantau yang sempurna. Dia mendapatkan kebebasan, tapi juga memunculkan rasa tanggung jawab pada dirinya.
Pada tingkat IV, ia, bersama dua temannya, mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan — berkantor di sebuah garasi. Saat itu, ia sudah menikahi Dian Sumeler, yang dikenalnya ketika masih sekolah SMA di Manado. Setelah Ciputra meraih gelar insinyur, 1960, mereka pindah ke Jakarta, tepatnya di Kebayoran Baru. ”Kami belum punya rumah. Kami berpindah-pindah dari losmen ke losmen,” tutur Nyonya Dian, ibu empat anak. Tetapi dari sinilah awal sukses Ciputra.
Setelah menyelesaikan kuliahnya Di ITB, Ciputra mengawali karirnya di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI. Keberadaan Ciputra di Jaya Group ternyata tidak terpengaruh oleh kondisi politik. Berbagai perubahan politik telah terjadi, namun Ciputra bisa tetap bertahan di Jaya Group. Ciputra bekerja di Jaya Group sebagai direksi sampai dengan usia 65 tahun. Di perusahaan DKI tersebut Ciputra bisa bertahan lama karena dua hal,pertama, Ciputra merasa DKI mewakili rakyat Jakarta dan ia senang bisa melakukan sesuatu untuk rakyat. Kedua, Ciputra merasa diberi kebebasan untuk berinovasi di Jaya Group, termasuk dalam pembangunan proyek Ancol. Kemudian bersama dengan Sudono Salim (Liem Soei Liong), Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Pada masa itu, Ciputra duduk sebagai direktur utama di Jaya Group dan di Metropolitan Group sebagai presiden komisaris. Akhirnya Ciputra mendirikan grup perusahaan keluarga, Ciputra Group.
Pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi. Krisis tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra: Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group. Namun dengan prinsip hidup yang kuat Ciputra mampu melewati masa itu dengan baik. Ciputra selalu berprinsip bahwa jika kita bekerja keras dan berbuat dengan benar, Tuhan pasti buka jalan. Dan banyak mukjizat terjadi, seperti adanya kebijakan moneter dari pemerintah, diskon bunga dari beberapa bank sehingga ia mendapat kesempatan untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah mampu melakukan ekspansi usaha di dalam dan ke luar negeri.
Pada usianya yang ke-75, ketika akhirnya dia harus memikirkan pengabdian masyarakat apa yang akan ia kembangkan, dia memilih bidang pendidikan. Kemudian didirikanlah sekolah dan universitas Ciputra. Bukan sekolah biasa. Sekolah ini menitikberatkan pada entrepreneurship (kewirausahaan). Dengan sekolah kewirausahaan ini Ciputra ingin menyiapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengusaha.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari sini :
1. Dulu ia bekerja di ladang (memelihara sapi) mencari makan hanya untuk dirinya dan keluarganya sendiri sekarang melalui profesinya ribuan orang mendapat kesempatan kerja dan ratusan ribu anggota keluarga mendapatkan nafkah dan masa depannya.
2. Dulu ia tinggal di rumah sederhana sekarang ia telah menjadi pengembang yang membangun lebih dari 20 pengembangan perumahan skala kota untuk lebih dari 100.000 ribu hunian dan akan tinggal disana ratusan ribu penduduk.
3. Dulu ia hanya seorang anak dari sebuah keluarga sederhana sekarang ia dapat menyumbang dana melalui pendidikan dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
4. Dulu ia anak desa sekarang ia warga dunia yang terhormat, menjadi wakil Indonesia pertama menjadi pimpinan organisasi real estat dunia…
5. Menempuh pendidikan, meninggalkan kampung halaman dilatih menjadi Pribadi kreatif
* Belajarlah sungguh-sungguh dan belajarlah menjadi kreatif. Kreativitas adalah bekal yang mahal untuk masa depan
* Jangan takut terhadap kesulitan dan hambatan. Kerap itu semua menjadi “guru dan pelatih” kehidupan yang handal
* Jangan putus asa kalau Anda merasa miskin atau tidak mampu teruslah memiliki cita-cita dan berjuang. Selalu ada jalan untuk orang yang bersemangat
6. Pengalaman kerja selama kuliah
* Bekerja akan memakan sebagian besar waktu hidup kita oleh karena itu cintai kerja keras sejak masih muda.
* Bekerjalah dengan tanggung jawab seorang pekerja dan bekerjalah dengan rasa ingin tahu seorang pelajar.
* Pengalaman kerja nyata selama belajar adalah sarana pembelajaran yang berharga.
Sejak masa muda Dr. Ir. Ciputra telah memilih menjadi seorang ENTREPRENEUR. Ia memilih dan juga membayar harga. Ia memimpikan dan juga bekerja keras. Keinginannya tidak hanya dipendam tapi sungguh-sungguh dipikirkan dan diperjuangkan. Tidak heran bila sekarang ia menikmati hasilnya.
Bukankah dapat kita simpulkan kembali betapa pentingnya peran para entrepreneur bagi masa depan bangsa kita? Perhitungkanlah pilihan profesi ini dalam hidup Anda dan bukalah pikiran dan harapan Anda pada keajaiban dan keindahan masa depan.
Seandainya Anda bertanya sendiri kepada Dr. Ir. Ciputra apa rahasia keberhasilannya maka saya yakin inilah yang akan dikatakannya: “Coba bayangkan, nasib seperti apakah yang pantas terjadi pada seorang anak yang menjadi yatim di usia 12, dari keluarga sederhana, tinggal di sebuah desa kecil, di pedalaman pulau Sulawesi, 150 km dari Gorontalo, jauh dari kemajuan kota besar, jauh dari kemewahan fasilitas pendidikan…….., tanpa kasih-karunia Tuhan saya tidak akan menjadi siapa-siapa, namun kasih karunia Tuhan tidak dapat berkarya dengan efektif bila kita sendiri menutup diri akan pimpinan Tuhan dan tidak bersedia bekerja dengan seluruh kekuatan, sepenuh hati dan segenap pikiran. We Do the BEST
Data singkat :
Nama : Dr. Ir. Ciputra
Lahir : Parigi, Sulawesi Utara, 24 Agustus 1931
Agama : Kristen Protestan
Isteri : Dian Sumeler
Anak : Empat Orang
Pendidikan :
* SD, Parigi (1947)
* SMP, Gorontalo (1950)
* SMA, Manado (1953)
* Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (1960)
Karir :
* Direktur PT Pembangunan Jaya (1961-1968)
* Direktur Utama PT Pembangunan Jaya (1968)
* Bergerak dalam bidang Real Estate
* Kontraktor
* Perhotelan
* Baja
* Aluminium Tempat hiburan
* Perdagangan Kegiatan lain: Ketua Kehormatan REI (Real Estate Indonesia)
* Wakil Ketua FIABCI (1982)
* Ketua Yayasan Tarumanegara
* Ketua Yayasan Jayaraya
* Ketua Jaya Ancol Golf Association
* Pimpinan Yayasan Prasetiya Mulya
Karya :
* Taman Impian Jaya Ancol
* Perumahan Pondok Indah Jakarta
* Perumahan Bumi Serpong Damai (BSD)
* Hotel Ciputra
* Mal Ciputra
* Sekolah Ciputra
* dll
Alamat Rumah : Jalan Bukit Golf Utama, Kav. III PA 1-2, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Telp : 021-540917
Alamat Kantor : Gedung Jaya, Jalan Thamrin 12, Jakarta Pusat, Telp : 021-324944, 336527
Dikutip dari berbagai sumber :
1. www.riyopradytia.my-php.net/?p=49
2. www.ghabo.com/gpedia/index.php/Ciputra
3. www.asarela88.blog.friendster.com/2008/04/kisah-ir-ciputra
Kiranya pak Ciputra patut kita jadikan Pahlawan pada masa sekarang ini. Kita tidak membutuhkan pahlawan untuk merebut kemerdekaan karena sudah 64 tahun kita rebut itu dari penjajah.
Akan tetapi kita lebih butuh pahlawan-pahlawan untuk mengisi kemerdekaan dalam berbagai bidang. Pak Ciputra telah menunjukkan itu semua. Bagaimana dengan kita…?
Disaat Nasionalisme memudar hingga ancaman teroris dimana-mana. Renungkanlah sejenak : “Seberapa besar karya kita persembahkan bagi negeri kita yang elok ini? Tidah usah yang muluk-muluk. Cukup berguna bagi diri kita sendiri, keluarga dan orang lain.”
Semoga posting ini bermanfaat bagi kita semua, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar